Pernahkah Anda membayangkan, ketika pulang dari Masjid tiba-tiba penyakit jantung atau stroke menyerang Anda. Kemudian Anda lihat betapa sibuknya teman-teman Anda, ada yang berlari menghubungi ambulans, menghubungi sanak saudara dan tentu saja ada juga yang sibuk menggunjing
(hanya saja gunjingannya berupa do'a, maklumlah Anda meninggal selepas memohon ampun di sholat jum'at, sebuah kebahagiaan tersendiri tentunya).
(hanya saja gunjingannya berupa do'a, maklumlah Anda meninggal selepas memohon ampun di sholat jum'at, sebuah kebahagiaan tersendiri tentunya).
Hari itu, secara resmi dokter pribadi Anda melakukan otopsi, dan mengeluarkan visum et repertum, secarik kertas yang mengesahkan kematian Anda secara medis dan tentu saja sebagai persyaratan yang kelak diminta oleh pihak Pemda urusan pemakaman.
Seluruh tubuh Anda terasa dingin dan beku. Tidak bisa berbuat apa-apa, sanak saudara atau sahabat memandikan Anda dengan sangat takjim, hikmat dan hati yang penuh doa. Seluruh kerabat dan undangan ikut mensholatkan Anda, dan rombongan prosesi kendaraan yang panjang mengantarkan jenazah Anda. Bunyi sirene mengaung menyibak lalu lintas yang padat.
Matahari mulai condong kebarat, dan satu persatu seluruh manusia (tidak terkecuali anak dan istri Anda) meninggalkan pemakaman. Bayangkan! kini Anda tergolek sendirian dalam pengapnya tanah kuburan, ya.. sendirian!
Pada saat sanak saudara mentahlilkan Anda, dan berita duka cita belum lagi reda, sementara itu cacing tanah dan belatung mengorak tubuh yang pada masanya begitu gagah, tangguh dan kukuh. Detik demi detik jasad kian rapuh, kemudian hancur berserakan menjadi debu seiring berjalannya sang waktu.
Ah... alangkah cepatnya kehidupan. Alangkah sedikitnya bekal untuk menempuh perjalanan yang panjang. Sesekali, berdirilah di depan cermin. Tangkaplah wajahmu dengan seluruh rasa ingin tahu yang tumpah. Simaklah setiap garis di wajahmu, rambut yang mulai memutih, mata yang mulai rabun. Kemudian raup dan sibaklah misteri dari wajahmu sendiri. Sebuah topeng kehidupan yang telah bertahun-tahun engkau hadapkan ke dunia.
Betapa sang wajah yang pernah begitu engkau banggakan. Ceria muda belia, indah cantik jelita, kuat gagah perkasa, kini telah berubah ! Tengoklah betapa potret dirimu terpajang dimuka cermin. Kulit yang kemisut, dagu yang berlemak, rambut yang mulai memutih. Kapankah perubahan itu terjadi ?
Sudah bisa dipastikan, seluruh anak manusia tidak pernah menyadari perubahan wajahnya sendiri. Padahal, kesetiaan diri untuk bercermin, menengok wajah sudah tak terhitung bilangannya, tapi sungguh tak pernah disadarinya kapankah perubahan wajah itu terjadi. Waktu untuk sekedar merenung melakukan kontemplasi, telah disabet oleh berbagai alasan Business. Do'a atau shalat sebagai lambang cinta dan sarana ritual penghambaan diri telah digeser oleh berbagai excused yang kemudian melahirkan budaya permisive, tanpa merasa ada dosa sedikitpun.
Al-Quran menempatkan dunia, sebagai sebuah realita. Tetap harga dunia menurut Al-Quran adalah sangat kecil, bahkan disebutkannya sebagai permainan, perhiasan yang sesaat. Pernah suatu saat Rasullullah ditanya oleh seorang sahabat, bagaimanakah luasnya kenikmatan akhirat bila dibandingkan dunia, maka Rasullullah bersabda : Celupkanlah jarimu ke dalam lautan, maka air yang menetes dari jarimu itulah dunia dengan segala isinya, sedangkan samudra itulah akhirat.
LIFE AFTER LIFE
Alangkah naifnya, untuk mengatakan berziarah ke kuburan sendiri. Mana mungkin ? Bukankah kita masih hidup. Kenapa tidak ? Bukankah salah satu kelebihan manusia dari segala makhluk hidup yang lain adalah kelebihan dirinya untuk mampu berpikir kedepan. Bukankah kita mampu membuat khayalan dan impian, dan berusaha untuk mewujudkannya ?
Walaupun belum pernah ada penelitian ilmiah, maupun hipotesa tentang keadaan di akhirat, tetapi rahasia kehidupan setelah kematian telah menjadi telaah dan keyakinan umat manusia sepanjang penciptaannya. Banyak kejadian misal : mati suri yang secara medis dinyatakan bahwa pasien telah meninggal, beberapa detik jantungnya berhenti, tetapi sebuah keajaiban menghantarkan pasien itu untuk hidup dan sembuh kembali.
Dr. Raymond.A.Moody Jr. menulis buku berjudul Life After Life sebuah buku kecil yang menghimpun berbagai pernyataan dari para pasien yang pernah mengalami mati suri. Dan hampir semua pasien mempunyai pengalaman dan keyakinan yang sama tentang kehidupan akhirat. Bahkan, kita sering mendengar atau bahkan mengalami impian tentang gambaran kematian itu sendiri, yang secara detail justru sulit untuk diungkapkan melalui kata dan data, sehingga sadarlah bahwa soal kehidupan akhirat, bukanlah urusan nalar atau sebuah bahan disertasi untuk pasca sarjana, tetapi soal keimanan, keyakinan, beyond our capacity, but something real.
Dengan sangat indah Rasullullah memberikan tamsil : "bahwa ada dua guru yang harus kita simak untuk memperoleh kebijakan yang pertama : guru yang berbicara yaitu : Al-Quran, dan yang kedua guru yang diam, Al-Maut. Dengan menyimak pada guru yang diam (Al-Maut), kita diarahkan untuk menjadi manusia yang waspada dan berhati-hati dalam meniti kehidupan sebagaimana Rasullullah bersabda : "Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang demikian itu akan menghapuskan dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia" (diriwayatkan oleh Ibnu Abidunya).
Dalam hadis yang lain Rasullullah bersabda : "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang akan melenyapkan segala macam kenikmatan yaitu kematian". Mengingat kematian sebelum datangnya kematian, itulah yang kita maksudkan dengan berziarah ke kuburan sendiri. Kalau saja, kita mau menziarahi kuburan kita sendiri, niscaya kita menjadi manusia yang sangat waspada, selalu waspada.
Matahari mulai condong kebarat, dan satu persatu seluruh manusia (tidak terkecuali anak dan istri Anda) meninggalkan pemakaman. Bayangkan! kini Anda tergolek sendirian dalam pengapnya tanah kuburan, ya.. sendirian!
Pada saat sanak saudara mentahlilkan Anda, dan berita duka cita belum lagi reda, sementara itu cacing tanah dan belatung mengorak tubuh yang pada masanya begitu gagah, tangguh dan kukuh. Detik demi detik jasad kian rapuh, kemudian hancur berserakan menjadi debu seiring berjalannya sang waktu.
Ah... alangkah cepatnya kehidupan. Alangkah sedikitnya bekal untuk menempuh perjalanan yang panjang. Sesekali, berdirilah di depan cermin. Tangkaplah wajahmu dengan seluruh rasa ingin tahu yang tumpah. Simaklah setiap garis di wajahmu, rambut yang mulai memutih, mata yang mulai rabun. Kemudian raup dan sibaklah misteri dari wajahmu sendiri. Sebuah topeng kehidupan yang telah bertahun-tahun engkau hadapkan ke dunia.
Betapa sang wajah yang pernah begitu engkau banggakan. Ceria muda belia, indah cantik jelita, kuat gagah perkasa, kini telah berubah ! Tengoklah betapa potret dirimu terpajang dimuka cermin. Kulit yang kemisut, dagu yang berlemak, rambut yang mulai memutih. Kapankah perubahan itu terjadi ?
Sudah bisa dipastikan, seluruh anak manusia tidak pernah menyadari perubahan wajahnya sendiri. Padahal, kesetiaan diri untuk bercermin, menengok wajah sudah tak terhitung bilangannya, tapi sungguh tak pernah disadarinya kapankah perubahan wajah itu terjadi. Waktu untuk sekedar merenung melakukan kontemplasi, telah disabet oleh berbagai alasan Business. Do'a atau shalat sebagai lambang cinta dan sarana ritual penghambaan diri telah digeser oleh berbagai excused yang kemudian melahirkan budaya permisive, tanpa merasa ada dosa sedikitpun.
Al-Quran menempatkan dunia, sebagai sebuah realita. Tetap harga dunia menurut Al-Quran adalah sangat kecil, bahkan disebutkannya sebagai permainan, perhiasan yang sesaat. Pernah suatu saat Rasullullah ditanya oleh seorang sahabat, bagaimanakah luasnya kenikmatan akhirat bila dibandingkan dunia, maka Rasullullah bersabda : Celupkanlah jarimu ke dalam lautan, maka air yang menetes dari jarimu itulah dunia dengan segala isinya, sedangkan samudra itulah akhirat.
LIFE AFTER LIFE
Alangkah naifnya, untuk mengatakan berziarah ke kuburan sendiri. Mana mungkin ? Bukankah kita masih hidup. Kenapa tidak ? Bukankah salah satu kelebihan manusia dari segala makhluk hidup yang lain adalah kelebihan dirinya untuk mampu berpikir kedepan. Bukankah kita mampu membuat khayalan dan impian, dan berusaha untuk mewujudkannya ?
Walaupun belum pernah ada penelitian ilmiah, maupun hipotesa tentang keadaan di akhirat, tetapi rahasia kehidupan setelah kematian telah menjadi telaah dan keyakinan umat manusia sepanjang penciptaannya. Banyak kejadian misal : mati suri yang secara medis dinyatakan bahwa pasien telah meninggal, beberapa detik jantungnya berhenti, tetapi sebuah keajaiban menghantarkan pasien itu untuk hidup dan sembuh kembali.
Dr. Raymond.A.Moody Jr. menulis buku berjudul Life After Life sebuah buku kecil yang menghimpun berbagai pernyataan dari para pasien yang pernah mengalami mati suri. Dan hampir semua pasien mempunyai pengalaman dan keyakinan yang sama tentang kehidupan akhirat. Bahkan, kita sering mendengar atau bahkan mengalami impian tentang gambaran kematian itu sendiri, yang secara detail justru sulit untuk diungkapkan melalui kata dan data, sehingga sadarlah bahwa soal kehidupan akhirat, bukanlah urusan nalar atau sebuah bahan disertasi untuk pasca sarjana, tetapi soal keimanan, keyakinan, beyond our capacity, but something real.
Dengan sangat indah Rasullullah memberikan tamsil : "bahwa ada dua guru yang harus kita simak untuk memperoleh kebijakan yang pertama : guru yang berbicara yaitu : Al-Quran, dan yang kedua guru yang diam, Al-Maut. Dengan menyimak pada guru yang diam (Al-Maut), kita diarahkan untuk menjadi manusia yang waspada dan berhati-hati dalam meniti kehidupan sebagaimana Rasullullah bersabda : "Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang demikian itu akan menghapuskan dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia" (diriwayatkan oleh Ibnu Abidunya).
Dalam hadis yang lain Rasullullah bersabda : "Perbanyaklah mengingat sesuatu yang akan melenyapkan segala macam kenikmatan yaitu kematian". Mengingat kematian sebelum datangnya kematian, itulah yang kita maksudkan dengan berziarah ke kuburan sendiri. Kalau saja, kita mau menziarahi kuburan kita sendiri, niscaya kita menjadi manusia yang sangat waspada, selalu waspada.
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan cerdas dan bijak, lebih baik diam daripada anda komentar yang tidak bermutu