Gema Kehidupan

Seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan disebuah gunung. Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, "Aaaaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika terdengar ada suara dari balik gunung, "Aaaahhh!!!"

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?" Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, "Hai siapa kau?" Ia merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, "Kau pengecut...!!"

Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, "Kau pengecut...!!" Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi ?" Ayahnya tersenyum dan berkata, "Anakku, mari perhatikan ini." Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung, "Aku mengagumimu..!!"
Dan suara itu menjawab, "Aku mengagumimu..!!" Sekali lagi ayahnya berteriak, "Kau adalah sang juara..!!" Suara itu pun menjawab lagi, "Kau adalah sang juara..!!" Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan, "Nak, orang-orang menyebutnya gema, tetapi sesungguhnya ada makna lain di dalam kehidupan kita ini. Ia akan mengembalikan padamu apa yang kamu lakukan dan katakan. Hidup kita ini adalah refleksi dari tindakan kita."

Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak ketulusan dan kasih sayang di dunia ini, maka berikanlah ketulusan dan kasih sayang dari hatimu. Bila kau ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu. Hal ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. Hidup akan memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. Maka, sebenarnya hidup ini bukan suatu kebetulan. Hidup adalah pantulan dari dirimu, gema dirimu."

Tentang Dosa

Dosa itu ada yang digolongkan sebagai "dosa besar" dan ada yang digolongkan sebagai "dosa kecil" adalah berdasarkan penjelasan dan ketetapan dari Allah SWT sendiri, sebagaimana firman-Nya di dalam kitab suci Al-Qur'an : "Jika kamu menjauhi dirimu dari dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil), dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (syurga)".  Quran Explorer - [Sura : 4, Verse : 31 - 31] 

Menyeimbangkan Dunia & Akhirat

Dalam kamus Islam kita mengenal dua cara untuk mendapatkan pahala (kebaikan), yaitu memperbaiki (hubungan baik) manusia kepada yang khalik (Allah), sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan hubungan antara sesama manusia disebut dengan hubungan horizontal. Dua macam ini nilai ganjarannya sama yaitu ibadah. Kita sebut dua cara macam hubungan tadi nilainya sama ibadah, tetapi bukan berarti ibadah horizontal nilainya sama dengan nilai ibadah secara vertikal langsung kepada Allah. Seperti yang kita tahu nilai ibadah vertikal yaitu ibadah yang difokuskan pada pelaksanaan rukun islam. Seandainya disebut setara, maka akan banyak kalangan Islam cukup mendahulukan berbuat baik kepada manusia saja, dan boleh melupakan hal-hal yang sudah tercantum dalam rukun islam tersebut. Jadi kata sama bukan berarti setara pahalanya antara sholat kepada Allah dan berbuat baik kepada manusia. Sekalipun dua-duanya diniatkan sama-sama berbuat kebaikan dalam mencari ridho Allah SWT. Hingga kini tak seorang ulama pun yang bisa mengukur berapa besar pahala sebuah nilai kebajikan sesama manusia dibanding dengan pahala atas pekerjaan kita menyembah Allah (sholat). Inilah sebuah rahasia Allah, hanya Allah yang pasti sanggup mengukur bagaimana tingkat kesolehan manusia berbuat karya sesama manusia itu sendiri, dan bagaimana pula Allah menilai seseorang yang telah berlaku soleh terhadap-Nya.  

Sulitkah Mendekati Allah

Apa sebetulnya yang disebut dengan dekat kepada Allah SWT itu ? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita ambil perumpamaan, sebuah contoh kasus yang sering terjadi sehari-hari dalam pergaulan hidup manusia. Si Budi rajin mengerjakan sholat dan hal-hal yang diperintahkan Allah kepada manusia. Hubungan yang dia bangun adalah hubungan kemitraan vertikal langsung kepada Allah. Banyak ulama menyebutnya ini termasuk dalam kategori dekat kepada Allah. Jadi nilai sholat disebut sebagai nilai pendekatan kepada yang khalik-Nya. Dengan demikian, maka hubungan vertikal dengan Allah secara langsung tadi adalah sebuah kualitas pendekatan dengan Allah. Contoh tadi bukan harga mati. Tentu masih banyak cara lain agar kita bisa dekat kepada Allah. Tidak hanya itu!