Pertemuan Ruh Selagi Tidur

Quran Explorer - [Sura : 39, Verse : 42 - 42]

Tidur telah menjadi kebutuhan pokok manusia. Tiap-tiap hari pasti ada saatnya bagi manusia untuk tidur. Tidak seorangpun mampu untuk tidak tidur sepanjang hari. Allah Maha Kuasa telah mensyariatkan tidur bagi manusia. Tiap-tiap manusia tidak dapat menolak syariat ini. Semua manusia pasti mentaatinya baik sukarela maupun terpaksa. Tiap-tiap manusia dapat menetapkan sendiri berapa jam waktu tidurnya dalam satu hari.


Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak membatasi berapa jam manusia harus mengamalkan syariat tidur sebagaimana Allah membatasi waktu berpuasa dari Subuh sampai Magrib. Yang jelas, kalau waktu tidurnya kebanyakan atau kekurangan, maka hal ini akan merusak kesehatan manusia itu sendiri. Pengalaman dan pengetahuan manusia telah dapat membatasi, berapa lama waktu tidur yang terbaik, sesuai dengan situasi dan kondisi manusia masing-masing.

Selagi manusia mengamalkan syariat tidur ternyata manusia dapat meninggalkan dunia nyata dan memasuki dunia gaib atau biasa disebut mimpi. Terjadi begitu saja tanpa manusia bisa merencanakannya atau merekayasakannya. Terkadang mimpi bertemu dengan orang-orang yang dikenalnya baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup. Tak jarang manusia juga bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah dikenalnya sama sekali. Tidur berikut fenomena mimpi-mimpinya akan tetap menjadi misteri serupa misteri adanya kehidupan akhirat di balik setiap kematian.

Kaum muslimin terdahulu sebenarnya berusaha mengungkap rahasia tidur berikut fenomena mimpinya. Mereka langsung bertanya kepada ahlinya, Rasullullah SAW. Apa dan bagaimana fenomena mimpi itu ? Ibnu Abbas berkata, "Disampaikan kepadaku bahwa sesungguhnya ruh orang-orang hidup dan ruh orang-orang yang mati akan bertemu dalam tidur. Mereka saling bertanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian memegang ruh orang-orang mati dan mengirimkan kembali ruh orang-orang yang hidup ke jasadnya masing-masing."


Seorang sahabat Nabi lainnya, Khuzaimah, dalam tidurnya pernah bermimpi mencium kening Nabi Muhammad SAW. Kejadiannya langsung diceritakan kepada Rasullullah. Khuzaimah ingin mengetahui rahasia mimpinya. Mendengar ini, Nabi tidak menyangkal karenanya menjelaskan, "Sesungguhnya sesama ruh itu bisa saling bertemu dalam mimpi." 


Penjelasan Rasullullah mengenai pertemuan antar ruh berkaitan dengan mimpi Khuzaimah itu, tentunya bisa mengungkap kejadian yang dialami dua bersaudara seiman, yakni, Sha'ab bin Jatsamah dan 'Auf bin Malik. Suatu saat Sha'ab berkata kepada 'Auf, "Hai saudaraku, siapa di antara kita meninggal lebih dahulu, niscaya akan diperlihatkan kepada yang masih hidup." 


'Auf berkata, "Apakah yang seperti itu akan terjadi ?" "Ya", jawab Sha'ab. Ternyata Sha'ab meninggal lebih dahulu. Tak lama 'Auf melihat dan bertemu dengan Sha'ab dalam mimpinya. "Apa yang terjadi padamu ?" "Allah telah mengampuni dosaku setelah menerima penderitaan," kata Sha'ab. "Aku melihat bintik hitam di lehermu, apakah itu ?" tanya 'Auf ingin tahu. "Gara-gara uang sepuluh dinar," ujar Sha'ab. "Saya berhutang kepada seorang yahudi. Uang itu ada di dekat pedangku, maka bayarkanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa sepeninggalku, tidak ada kejadian di keluargaku yang tidak aku ketahui. Begitu juga kucing yang mati beberapa hari lalu. Dan ketahuilah bahwa anak perempuanku akan meninggal enam hari lagi. Nasihatilah ia secara baik-baik."


Mimpi itu mendorong 'Auf ingin segera membuktikan kebenarannya. Paginya dia pergi ke rumah 'Auf dan menemui keluarganya. Sesuai pesan almarhum, 'Auf dapat menemukan uang sepuluh dinar dekat pedangnya Sha'ab. "Semoga Allah memberi rahmat kepada Sha'ab. Sesungguhnya dia adalah sahabat pilihan Rasullullah. Aku akan membayarkan utangnya yang sepuluh dinar. Demi Allah, semua kejadian dalam mimpi itu tampak nyata," kata 'Auf sambil memuji dan memuja Allah. 'Auf masih ingin membuktikan mimpinya itu dengan menanyakan berbagai kejadian selepas meninggalnya almarhum. Seorang keluarga almarhum menceritakan semua kejadian yang ada. Apa yang diceritakannya ini sesuai dengan apa yang diceritakan Sha'ab kepada 'Auf dalam mimpinya. Termasuk juga kematian seekor kucing. 


'Auf ingat pesan Sha'ab untuk menasihati anak perempuannya. "Dimana anak perempuan saudaraku berada ?" tanyanya. "Sedang bermain," kata seorang keluarga Sha'ab. 'Auf mendatanginya lalu menyentuhnya. Ternyata anak itu tengah merasakan demam. Dia memberinya nasihat seperti yang dikehendaki Sha'ab. Dan enam hari kemudian anak ini meninggal setelah sebelumnya menderita demam yang tak kunjung sembuh. 


Tampaknya, tidur berkaitan erat dengan ruh. Sejauh ini Allah menutupi permasalahan ruh kecuali hanya sedikit saja yang diberitahu kepada manusia. Jauh berbeda dengan permasalahan jasad manusia yang Allah buka selebar-lebarnya sepanjang manusia mau menyelidikinya. Karenanya tumbuh dan berkembang pesat ilmu pengobatan (kedokteran), syaraf, darah, otot, daging, kulit dan lain-lain. Sekiranya permasalahan ruh itu, Allah buka lebar-lebar sebagaimana permasalahan jasad manusia, tentu semua manusia beriman kepada Allah. Tidak ada seorangpun manusia yang kafir. Semua manusia pasti beriman, taat dan patuh kepada Allah serupa juga dengan keimanan, ketaatan dan kepatuhan para malaikat. 

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan cerdas dan bijak, lebih baik diam daripada anda komentar yang tidak bermutu