Sulitkah Mendekati Allah

Apa sebetulnya yang disebut dengan dekat kepada Allah SWT itu ? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita ambil perumpamaan, sebuah contoh kasus yang sering terjadi sehari-hari dalam pergaulan hidup manusia. Si Budi rajin mengerjakan sholat dan hal-hal yang diperintahkan Allah kepada manusia. Hubungan yang dia bangun adalah hubungan kemitraan vertikal langsung kepada Allah. Banyak ulama menyebutnya ini termasuk dalam kategori dekat kepada Allah. Jadi nilai sholat disebut sebagai nilai pendekatan kepada yang khalik-Nya. Dengan demikian, maka hubungan vertikal dengan Allah secara langsung tadi adalah sebuah kualitas pendekatan dengan Allah. Contoh tadi bukan harga mati. Tentu masih banyak cara lain agar kita bisa dekat kepada Allah. Tidak hanya itu! 

Jika kita artikan kalimat, dekat kepada Allah itu dengan berdasarkan iman maka orang salah mengartikan kalimat dekat kepada Allah. Dekat disini bisa saja berarti secara fisik melekat atau berdampingan antara kita dengan Allah.  Tapi bisa juga secara roh kita menyatu dengan Allah. Secara kasat mata agaknya kita sulit menempatkan Allah pada posisi kita, karena sejumlah ulama menyebut Allah itu melihat kita dan kita yang tidak mampu melihat Allah. Dan ada juga yang menyebut bahwa Allah itu di sekitar kita, ada di mana-mana, termasuk di dalam diri kita sendiri. Jika kita jauh, maka Allah pun akan menjauh dari kita. Sebaliknya, jika kita mencoba dekat kepada Allah sehasta, maka Allah akan masuk lebih dekat lagi kepada kita. 

Sebetulnya yang lebih ingin mendekati kita adalah Allah. Dia begitu sayang dan cinta kepada manusia, karena Allah yang menciptakan kita, karena itu ada semacam kewajiban Allah agar manusia itu hidup dalam dekapan-Nya. Agar manusia itu senang, sejahtera, tentram dan saling sayang. Yang perlu dijaga agar iman kita dekat dengan Allah itu benar adalah bekerja dan berusahalah dengan kata hati yang ikhlas, bukan karena terpaksa atau dipaksa. Lebih baik lagi kita menyebutnya bekerja karena panggilan jiwa.

Takaran atau ukuran dekat kepada Allah itu antara satu orang dengan orang lain berbeda. Beda dalam arti fisik dan materi yang digunakannya. Tetapi dalam bentuk rohani atau nilai spiritual, maka pendekatan kepada Allah itu kualitasnya sama dan sebangun dengan orang lain yang menggunakan ornamen dan instrumen yang berbeda dengan kita. 

Kita yang sangat awam pun bisa mendekati Allah dengan jalan melihat awan, angin yang berhembus sepoi, matahari yang terus terbit memberikan kesegaran kepada alam dunia. Memandang laut, melukiskannya di atas kanvas atau berdendang dengan cara yang baik, tertib. Dari sana biasanya muncul pujian kita terhadap Allah. Mengagumi kebesaran dan rahasia-rahasia Allah. Memandang hewan ciptaan Allah, bulu-bulu burung yang cantik, sedap dipandang mata, termasuk kicau-kicau burung yang menentramkan hati dan seisi bumi ini.  

Kesimpulannya, dekat kepada Allah itu sangat penting terutama bagi orang-orang yang ingin beriman. Pendekatan itu sebagai jawaban kita kepada Allah. Karena Dia yang khalik telah menciptakan kita dengan ikhlas, dengan santun, dengan belaian kasih-Nya dan Dia pula yang telah memberikan rezeki buat kita. Jadi mendekati Allah adalah satu cara untuk menyatakan syukur kita kepada yang memberikan roh buat kita yaitu Allah SWT. Jadi kecintaan Allah pun kita balas sesuai dengan kemampuan kita dengan kecintaan kita pula kepada-Nya. Padahal kita sadar, balasan kasih dan kecintaan kita kepada yang khalik tadi rasanya tidak berimbang. Karena Allah begitu baik dan terlalu banyak memberikan sesuatu kepada kita. Sementara kita orang awam tak ada yang bisa kita berikan kepada Allah, selain memperbaiki nilai ibadah kita agar lebih berkualitas. 

2 comments:

  1. sebuah tulisan dgn pemahaman yang luas, luar biasa..

    ReplyDelete
  2. terima kasih atas kunjungannya saya sendiri masih harus banyak belajar untuk pemahaman juga belum luas2 amat

    ReplyDelete

Berkomentarlah dengan cerdas dan bijak, lebih baik diam daripada anda komentar yang tidak bermutu