Sakitnya Kematian

Di hadapan Rasullullah SAW ada bejana dari kulit yang di dalamnya terdapat air. Rasullullah kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam air lalu mengusapkan ke wajahnya seraya berkata, "Laa ilaaha illa Allah. Sesungguhnya dalam kematian itu terdapat banyak kesakitan." (HR Bukhari) 
Kita seringkali menyaksikan kematian manusia melalui televisi, film dan suratkabar maupun secara langsung dengan mata kepala sendiri. Bahkan bisa jadi manusia yang mati termasuk keluarga kita, kawan kita dan orang-orang yang kita sangat kenal lagi kita cintai. 

Kita juga mengetahui dan meyakini kalau suatu saat kita yang mati. Giliran kita yang menjadi mayat yang disaksikan kematiannya oleh banyak orang baik yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Mengalami nasib serupa mereka-mereka yang telah mati lebih dahulu. Dikafani, dishalatkan lalu dimasukkan ke dalam kuburan dan ditimbun dengan tanah sampai kita benar-benar terbenam tanah. 

Apa dan bagaimana kematian yang dirasakan oleh mereka yang sudah mengalaminya ? tidak ada seorangpun yang pernah mati dapat hidup kembali kemudian menceritakannya. Tidak ada seorangpun di antara kita yang dapat menceritakannya dengan benar. Yang jelas, tiap-tiap orang pasti mengalami kematian. 

Karena kematian adalah wajar, masuk akal dan sudah seharusnya kita berusaha memahami kematian dengan pemahaman yang benar. Pemahaman yang benar mengenai kematian memungkinkan kita mampu mengadakan persiapan menghadapi kematian dengan cara yang juga benar. Pemahaman yang salah atas kematian dan keengganan memahami kematian merupakan pilihan dari setiap manusia yang harus dibayar pada saat kematian itu terjadi padanya. 

Apa dan bagaimana kematian hanya Allah Maha Tahu. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak seorang pun manusia mengetahuinya termasuk Rasullullah SAW. "Sesungguhnya dalam kematian itu terdapat banyak kesakitan," kata Rasullullah SAW. Kita pun kini telah mengetahui apa dan bagaimana kematian. Jadi kematian adalah sangat menyakitkan. Kematian merupakan lumbung penderitaan. Kematian menjadi siksaan paling dahsyat. 


Rasullullah menjelaskan lebih lanjut, "Seringan-ringannya penderitaan mati itu bagaikan disabet pedang seratus kali." Pernah juga beliau mengatakan, "Siksaan malaikat maut itu lebih berat dibandingkan seribu sabetan pedang."

Dalam riwayat lainnya, Rasullullah menceritakan pengalaman Nabi Musa AS ketika bertemu Allah dan ia ditanya, "Hai Musa, bagaimana engkau merasakan mati ?" Musa menjawab, "Bagaikan besi yang bercabang-cabang, yang biasanya untuk membakar, dimasukkan ke dalam mulutku, semua cabangnya menusuk otot-ototku, lalu besi itu dicabut dari mulutku dengan sekali hentakan." Allah berkata kepadanya, "Padahal sudah Aku mudahkan kematianmu."

Rasullullah SAW mengatakan, "Bagi orang mukmin, mati berarti beristirahat dari beban dan siksaan dunia dan beralih untuk menikmati rahmat Allah. Di tempat lainnya, beliau mengatakan, bagi orang yang mati syahid pada jalan Allah maka kematian adalah kehidupan karena mereka langsung merasakan kenikmatan dan kebaikan dari Allah SWT. Mereka merasakan kenikmatan yang tiada tara, mereka ingin sekali dihidupkan dan kemudian dimatikan lagi dalam keadaan syahid secara terus-menerus. Hal ini menandai kenikmatan luar biasa bagi mereka yang mati syahid pada jalan Allah. Hidup adalah pembuktian iman dari detik ke detik sampai datang kematian. 

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan cerdas dan bijak, lebih baik diam daripada anda komentar yang tidak bermutu